Selasa, 13 September 2011

Bersamamu adalah Utopia yang tak beralasan


Berbahasa lewat gumpalan-gumpalan asap..
Menatap nanar jalan di depan yang lebih suram dari masa-masa bingar…
Yang jauh tertinggal di belakang..
Kita dewasa  dalam duri-duri mawar
Dari fase hidup yang tak wajar

Waktu dan masaku meronta!
Meminta lepas dari rantai-rantai penyiksaan
Tapi mengapa aku begitu cacat untuk meninggalkan irama jantungmu.
Aku tak lagi menemukan aku yang sebenarnya,
Yang piawai menyanyikan lagu senja dalam derita ombak yang ironis
Ketika harus menghempaskan bulir-bulir pasir yang dicintainya ke karang…
Aku tak lagi menemukan aku yang hirarki
Yang tersenyum dalam kepekatan bakau
Saat lampu cahaya perahu nelayan mulai jauh mencari tuan

Aku terlalu takut bicara pada kesunyian
Aku terlalu gentar menjabat kesendirian yang sejak tangisan pertama
Menjadi hunian nyamanku…
Bersamamu adalah utopia yang tak beralasan
Mengapa aku menjadi lapar disaat kau memintaku mengisi kekosongan perut yang bertahun-tahun tahan dari gerogotan cacing-cacing yang menggila..
Aku tak tau jawabannya
Mengapa aku tak lagi anomaly pada hidpku yang sia-sia…
Aku tak ingin mendapati jawabannya

Yang ingin terlontar dari mulut kasarku hanyalah
Aku ingin mencintaimu tanpa alasan apapun meski kau hanya bayangan dalam kaca yang remuk!!!
Aku tak pernah benar-benar melihatmu

Sajak: Jeni Permata Sari 

2 komentar: