kami berdiri di atas cahaya yang memanggang
membentang tikar kemiskinan di atas tanah yang gersang
langkah ini takkan surut,
menapaki dunia yang aneh dan mengasingkan lahir dan batin kami
bagaimana kami hendak berselimut
bumi kami sudah kelewat hangat dengan Batu kebencian
tak ada ibu yang menyuarakan senandung pengantar tidur
tak ada ayah yang merangkul memikul getir diskriminasi
kami tak butuh sanjungan
hanya sedikit senyum berbagi
meski hanya manipulasi
menyokong semangat hidup ini
kaki kami yang kurus tak beralas
baju kami yang lusuh dan koyak
wajah kami yang tirus tak terurus
serta hidup kami yang berbaur Lumpur
tiadalah perihal…….
Izinkan kami menyampaikan balada ini
“setidaknya masih ada syukur disini
Kami memakan sisa dan penyakit manusia
Sedangkan Ethiopia hanya makan angin hingga busung lapar
Kami bertemankan debu jalanan
Tapi lihatlah afganistan dan palestina…
Yang tiap hari menghirup mesiu dan hantaman bom
Rambut kami memang kusam
Masa depan kami tak jelas bias ataukah suram
Yang pasti tak ada yang indah
Selama negeri kelahiran kami masih penuh hiruk pikuk perselisihan
Hingar bingar penyuapan
Saling bantai ,saling tikam
Saling amuk ,saling kecam
Persaudaraan yang dikalahkan naluri kekuasaan
Iman yang di luluhlantakkan dimensi perbedaan
Beruntung kami bukan manusia bijak yang mengadili
Tapi objek ketidakadilan
Beruntunglah kami tidak membodohi manusia
Tapi umpan kebohongan
Setidaknya masih ada syukur Dalam balada anak jalanan ini
Suara kami tak perlu didengar
Tak perlu camkan
Bila hanya membuang tenaga dan mengganggu kerja otak
Tak perlu was-was ………………..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar